Selasa, 05 Februari 2013

PENGURUS PR SE - KEC DRIYOREJO

http://www.scribd.com/fullscreen/76197576?access_key=key-1jqxpznb2a38cvgpaplg

1 komentar:

  1. PWNU: Manuver Ketum GP Ansor Nusron Wahid Pecah-belah NU

    Jum'at, 20 Juni 2014 11:54:11
    Reporter : Rahardi Soekarno J.

    PWNU: Manuver Ketum GP Ansor Nusron Wahid Pecah-belah NU
    Berita Terkait
    Survei LSI: Pendukung Jokowi Banyak Pindah ke Prabowo
    Hatta Rajasa Sowan ke Ponpes Mambaus Sholihin Gresik
    GP Ansor Bojonegoro: Pemecatan Nusron Wahid Cederai Demokrasi
    Letjen Purn Suryo Prabowo: Awas Isu Pojokkan TNI AD
    Wabup Sampang Pastikan Coblos Prabowo
    7
    Surabaya (beritajatim.com) - Rois Syuriah PWNU Jatim KH Miftachul Akhyar menilai pernyataan Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid sangat provokatif dan memecah belah kalangan Nahdliyyin.

    Sebelumnya, Nusron saat mengumpulkan kader GP Ansor se-Jatim bertemu cawapres Jusuf Kalla di Gelora Pancasila Surabaya, mengatakan kiai-kiai sepuh pendukung Prabowo-Hatta adalah pelupa sejarah masa lalu.

    "Mayoritas kiai sepuh kecewa dengan manuver politik Nusron itu. Kami sangat kaget dengan pernyataan Nusron itu. Yang jelas kami kecewa karena Nusron sudah membuat statement yang urakan. Jangan memvonis kami seperti itu. NU tanpa kiai sepuh tidak ada apa-apanya," tegasnya, Jumat (20/6/2014).

    Kiai Miftah menjelaskan, dukungan 99 kiai khos NU di Jatim kepada Prabowo-Hatta tidak bisa dinafikan begitu saja. Selama ini, para kiai sepuh sudah melakukan proses Tabayyun dan Istikharah untuk memutuskan mendukung pasangan tersebut. Diyakininya, dukungan kepada Prabowo-Hatta itu bisa membawa bangsa Indonesia lebih baik.

    "Kami sudah melakukan istikharah, sehingga kami mempertanggungjawabkan pilihan untuk mendukung pak Prabowo," jelasnya.

    Dia menegaskan, Prabowo adalah orang Nahdliyyin tulen. Meski tidak pernah menjadi pengurus di struktur, sejak lama mantan Pangkostrad dan Danjen Kopassus itu dekat dan mengamalkan ajaran NU.

    "Prabowo itu NU sekali, tapi amaliyah. Meski tidak menjadi pengurus, dia sejak lama dekat dan ikut membesarkan NU. Kalau kemudian orang yang duduk di struktur tidak mengetahui hal ini, terus dia kerjanya apa. Saya heran kok mereka yang di pusat menafikan orang NU kultural seperti pak Prabowo," tuturnya.

    Sementara, pengasuh pondok Pesantren As-Saidiyah Jamsaren, Kediri, KH Anwar Iskandar (Gus War) menilai Nusron telah Suul Adzab alias tidak punya tata krama. Padahal, selama ini warga Nahdliyyin selalu mengedepankan tata krama dan menjunjung tinggi tenggang rasa ketika berpolitik. "Ini masalah keyakinan, sehingga dia tidak bisa menganggu kami. Jangan sampailah yang muda itu Suul Adzab. Kami tidak pernah merecoki dia, seharusnya mereka menghormati pilihan kiai," tukasnya.

    Gus War mengatakan, dukungan terhadap Prabowo-Hatta itu sudah melalui ijtihad politik yang panjang. Artinya, para kiai sepuh di Jatim sudah berembuk dan memikirkan manifestasi politik itu karena pasangan tersebut dinilai bisa membawa kebaikan bagi bangsa Indonesia. "Keyakinan kami sudah tidak bisa diubah lagi. Nusron mendukung Jokowi-JK, kami tidak pernah merecokinya. Jadi, hargai dan hormati pilihan para kiai sepuh di Jatim," pungkasnya. (tok/ted)

    BalasHapus